Salah satu tanda kepribadian
seseorang, bisa kita lihat dari bagaimana mereka berpakaian. Pada umumnya, hal
tersebut memang memiliki keterkaitan yang cukup erat. Karena dalam hal
berpakaian, jarang sekali yang memilih pakaian yang dikenakannya tanpa
pertimbangan terlebih dahulu. Terlebih, bagi mereka yang memegang erat
prinsip-prinsip, “aji neng rogo, soko busono” atau “harga diri seseorang, dari
pakaiannya.” Dalam hal berpakaian sendiri, terkadang memang setiap orang memiliki
tolok ukur nilai yang berbeda-beda.
Di zaman modern seperti sekarang
ini, kecenderungan pakaian yang diagungkan adalah pakaian-pakaian yang justru
mengumbar aurat dan harganya mahal. Semakin minimnya bahan pakaian, sehingga
auratnya bias di lihat orang lain, hal tersebut dinilai memiliki sensasi
fashion modern dengan tingkat kualitas tinggi. Begitu pun juga dengan pakaian
yang harganya mencapai jutaan bahkan ratusan juta rupiah, dianggap akan
senantiasa menaikkan derajat harga diri pemakainya.
Dalam syariat Islam, nilai-nilai
pakaian yang dianjurkan berbeda dengan nilai yang biasa diterapkan oleh
Negara-negara Barat. Dalam Islam, tidak diperkenankan memakai pakaian yang terbuka batas auratnya.
Atau pakaian yang bolong, sehingga auratnya kelihatan. Dalam Islam, aurat
adalah sesuatu yang harus dijaga dari pandangan orang-orang yang bukan muhrim.
Karena hal tersebut bisa memacu nafsu sahwat, yang dibenci Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
Katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya…….” An-nur : 31
Rasulullah SAW, “Aku terbebas dari wanita yang
menggundul rambut kepalanya, berteriak dengan suara keras dan merobek-robek
pakaiannya (ketika mendapat musibah).” (HR. Muslim).
Selain itu, nilai pakaian yang
bisa meningkatkan derajat orang muslim adalah perihal kebersihannya. Jadi dalam
Islam, pakaian yang bagus, selain menutup aurat, juga harus bersih. Dalam
artian bersih dari kotoran dan yang tidak terkena najis, sehingga bisa dipakai
untuk sholat.
Dari Jabir ra., Rasulullah SAW
pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan
pakaian kotor, maka beliau pun bersabda,”Orang ini tidak mempunyai sabun yang
dapat digunakan untuk mencuci pakaiannya.” (HR Muslim)
Pakaian bagus dalam Islam
bukanlah pakaian yang kepanjangan. Sehingga ketika dipakai ujungnya menjulur
mengenai tanah. Pakaian yang demikian itu justru tidak disukai dalam Islam,
karena rentan sekali terkena najis yang tidak diketahui.
Sayyidah Aisyah juga sangat
memperhatikan pakaian yang dikenakannya. Ia sebagai sosok yang sangat cantik,
dengan kulit putih kemerah-merahan, dengan wajah yang berseri-seri, ia selalu
mengenakan pakaian yang bisa melindungi auratnya, sehingga tidak bisa dilihat
oleh orang lain yang bukan muhrim.
Dalam hal berpakaian, Aisyah juga
mempertimbangkan keindahan pakaiannya. Indah bukanlah berarti harus mahal.
Aisyah seringkali mengenakan pakaian yang diberi pewarna dari za’faran agar
terlihat semakin indah. Selain itu, ia juga senantiasa menjaga pakaiannya agar
senantiasa bersih dan suci. Setiap pakaiannya kotor, ia pasti langsung
mencucinya hingga bersih. Baru ia kenakan kembali.
Seumur hidupnya pernah sekali
Aisyah memiliki pakaian mahal, seharga sekitar lima dirham. Pakaian tersebut
seringkali dipinjam oleh para pengantin saat mereka melangsungkan pernikahan.
Selain itu, ia hanya memiliki pakaian biasa. Dengan demikian, Aisyah sekalipun
seorang perempuan yang cantik, sekaligus istri Rasulullah SAW, hal tersebut
tiidak membuatnya mengharuskan diri memakai pakaian yang mahal. Ia juga tidak
memiliki banyak pakaian. Bahkan ia salah satu wanita yang sangat zuhud.
Hal ini tentunya sangat berbeda
dengan gaya wanita-wanita modern seperti sekarang ini. Sehingga ia terus
berganti-ganti pakaian di setiap kegiatan.
Akan tetapi sekalipun Aisyah
hanya memilki pakaian sedikit dan hanya sekali memiliki pakaian yang mahal. Ia
tetap menjadi sosok wanita yang sangat cantik dengan pakaian sederhana yang
dikenakannya. Selain itu ia pun tetap menjadi salah satu wanita yang sangat
dihormati di masanya. Dengan demikian, hal tersebut menjadi salah satu petunjuk
bagi kita semua bahwasanya sejatinya keindahan sejati itu muncul bukan dari
luar. Justru keindahan yang memancar dari dalamlah yang membuat siapa saja
menjadi lebih cantik dan menawan.
Sumber : Syahid Ahmad Al Kasyaf.
2012. “Aisyah Sang teladan kekasih Allah”. Jakarta : Al Maghfiroh
0 komentar:
Posting Komentar