Pada umumnya wanita
memang lebih rentan sekali ber-ghibah
dibandingkan laki-laki. Sampai-sampai pada suatu kesempatan Rasulullah saw.,
pernah bersabda,”Sesungguhnya aku melihat
kalian sebagai penghuni neraka terbanyak.”(HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits
tersebut, Imam Qurtubi dan para ulama, juga banyak berpendapat bahwa penyebab
wanita sedikit menjadi penghuni surga dikarenakan banyak mengikuti hawa
nafsunya dan senang dengan keduniaan, serta kurangnya pemikiran mereka tentang
agama sehingga menjadi sedikit dalam membuat amal kebaikan. Dalam beberapa
pendapat juga banyak yang mengatakan penyebabnya adalah karena kegemaran wanita
berghibah dengan wanita lain.
Ghibah tentulah bukan
sifat yang terpuji. Dan ghibah dalam Islam dilarang. Rasulullah saw., bersabda,”tahukah kalian apa itu ghibah?”, mereka
menjawab“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda,”yaitu engkau
menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau,”Lalu bagaimana
apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya
ungkapkan?” Maka beliau bersabda,”Apabila cerita yang kau katakan itu sesuai
dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibah-nya. Dan apabila ternyata tidak
sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR
Muslim)
Dari sabda Rasulullah
saw., diatas, jelas bahwasanya yang dimaksud ghibah adalah membicarakan orang lain yang membuatnya tidak suka
jika mendengarnya, sekalipun hal tersebut memang yang terjadi. Sedangkan jika
hal tersebut tidak terjadi, yang melakukannya berbohong atas nama orang yang
dibicarakan.
Adapun larang ghibah sendiri,
secara jelas dijabarkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah swt,. Dalam surat
Al-Isra : 36 :
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati. Semuanya itu akan diminta
pertanggungjawabannya.”
“Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.” (QS Qaaf :18)
Lebih spesifik lagi
Allah berfirman dalam surat yang lain :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al
Hujuraat : 12)
Salah satu kemuliaan
kepribadian Sayyidah Aisyah ra., ia sangat menjaga diri untuk senantiasa tidak
ber-ghibah. Aisyah tidak mau
membicarakan kejelekan orang lain. Termasuk dalam hal percekcokannya dengan
isteri Nabi Muhammad yang lain. Ia tidak pernah menyebutkannya. Bahkan dalam
berbagai riwayatnya, ia dengan lapang dada menunjukkan keistimewaan dan kelebihan
istri Rasulullah saw., yang lain.
Dalam beberapa riwayat
Aisyah kerap sekali memuji Saudah. Ia pernah berkata,”Tidak ada seorang perempuan pun yang kuinginkan agar aku menjadi
dirinya melebihi Saudah karena ketegasan dan kekuatan jiwanya.”(HR Muslim,
Baihaqi dan Ibnu Hibban).
Selain itu Aisyah juga
memuji Juwairiyah. Pada suatu kesempatan, ia berkata,”Demi Allah, aku harus mengakui kecantikannya. Dan aku tidak suka ia
menemui Rasulullah saw., ketika itu. Aku pikir beliau pasti mengagumi
kecantikannya, sebagaimana aku mengaguminya……”(HR.Hakim).
Pada suatu kesempatan
lain Aisyah juga memuji Maimunah. Ia berkata,”Dia
antara kami, Maimunah adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah dan paling
gemar bersilaturahmi.” (HR.Hakim)
Dalam sebuah riwayat
dari Urwah, ia berkata,”aku pergi mencaci
Hasan di tempat Aisyah, tetapi Aisyah berkata,’Janganlah engkau menghinanya,
karena dia juga pernah membela Rasulullah saw.” Padahal Hasan bin Tsabit
adalah orang yang telah menyebabkan Aisyah jatuh sakit karena haditsul ifki
Itulah beberapa
keterangan yang menunjukkan betapa Ummul Mukminin Aisyah ra., sangat menjaga
diri untuk senantiasa menghindari ghibah.
Sekalipun untuk menghindarinya tidaklah mudah. Akan tetapi, Aisyah memiliki
keteguhan hati untuk tetap menjaga diri dari sifat ghibah tersebut.
Sifat mulia ini,
tentunya harus senantiasa diteladani oleh kita semua, terutama kita sebagai
muslimah yang kata Rasulullah wanita adalah terbanyak penghuni neraka,
naudzubillah semoga kita tidak termasuk ke dalamnya, Aamiin. Siapa wanita yang
tidak menginginkan menjadi wanita yang sholehah? Semua wanita yang masih
memiliki keyakinan iman Islam pasti suatu ketika akan merasa ada jalan dimana
bisa merasakan ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bersama
Allah, karena Allah, sungguh saat kita bisa merasakan jiwa kita sangat dekat
dengan-Nya kita akan merasa sangat damai, kedamaian yang dapat kita rasakan
lebih daripada kita mencari cara lain agar jiwa kita merasa damai. Mulailah
dari sekarang untuk kita sedikit demi sedikit belajar menghindari sifat tercela
salah satunya ghibah yang memilki
dosa besar. Karena hidup kita bukan hanya untuk dunia tapi Akhirat dimana
kekekalan ada untuk selamanya.
Sumber : Syahid Ahmad
Al Kasyaf. 2012. “Aisyah Sang teladan kekasih Allah”. Jakarta : Al Maghfiroh