Move on, dua kata dalam bahasa inggris yang sedang booming-boomingnya saat ini.
Kalau ada seseorang yang sudah putus dengan pacarnya atau tidak bisa melupakannya, pastilah ada orang lain yang berkata,”Move on guys.”
Hem, suatu kata yang mudah sekali untuk dikatakan ya ?
Aku adalah salah seorang yang pernah berada diposisi keduanya, yang sulit move on dan yang berkata move on.
Aku selalu bertanya pada diri sendiri,
Mengapa aku selalu punya kata-kata yang bisa menyemangati temanku saat mereka bersedih ?
Bahkan teman lelakiku ada yang pernah bilang
“Gue salut sama lo. Lo yang sama nasibnya kaya gue bisa sekuat ini. kenapa gue nggak ?”
Itu keadaan dimana aku menjadi penasihatnya.
Beberapa hari yang lalu ada seorang sahabat yang meminta pendapatku tentang pacarnya yang mulai berubah terhadapnya,
Pacarnya suka marah-marah dan menyalahkannya atas sesuatu yang semua orang rasa sepele. Sahabatku ini tidak sanggup lagi menjalani hubungan bersamanya namun dia takut tak bisa menjalani hidupnya tanpa pacarnya ini, sampai-sampai ia menjelek-jelekkan dirinya sendiri dan membandingkannya dengan mantan sang pacar yang katanya lebih dari segalanya daripada sahabatku.
Wow, sepertinya pacarnya telah berubah menjadi jantung ditubuhnya, yang jika dia lepaskan maka dia akan mati.
Dan apa yang ku katakan ?
Kau tahu masih ada orang diluar sana yang tidak seberuntung dirimu. Tak bersyukurnya dirimu yang dengan gampang kau jelek-jelekkan dirimu sendiri, padahal kau tahu setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak ada satu pun manusia di dunia yang lahir tanpa kelebihan dan tak mempunyai kekurangan. Dan hanya seorang “mr.X” bisa membuat mu seperti ini ?
Apa saat dia memutuskan untuk bersamamu, ada perjanjian kau harus menjadi seperti orang lain ? Menjadi seperti mantannya itu ? Jika iya, betapa bodohnya dirimu memilihnya untuk masuk dalam kehidupanmu.
Kau tahu seseorang yang memiliki “cinta” untukmu,
Dia tak pernah memandang, siapa dirimu ?
Bagaimana kepribadianmu ?
Apa warna kulitmu ?
Cantikkah kamu ?
Tetapi saat dia ditanya tentangmu dia akan menjawab dengan mulut dan hatinya
“Bagaimana pun dia, aku mencintainya apa adanya, bukan karena alasan.”
Dan aku bilang kalau masih ada diluar sana yang lebih baik darinya. “Move on sayang.”
Yakinilah bahwa yang terindah pasti tidak akan pudar.
Kalian sadar betapa mudahnya kata “Move on” ku ucapkan.
Tetapi bagaimana jika sekarang posisinya berbalik,
Sekarang teman-temanku kuliah selalu mendorongku untuk “move on”
Aku baru sadar jika “move on” itu sama saja dengan kata “ikhlas” yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk direalisasikan.
Berkali-kali ku mencoba untuk bisa menerima seseorang yang baru hadir dalam hidupku tetapi disaat itu juga ku mengingatnya. Mengingat seseorang yang telah mengaduk-aduk perasaan ku menjadi tak berbentuk.
Aku bodoh
Ya, aku mengakuinya.
Bodoh karena aku tak bisa melupakannya.
Bodoh karena aku masih menjaga ukiran namanya dalam hati ini.
Bodoh karena aku masih tetap mencintainya.
Aku tak pernah bisa untuk membencinya, tak pernah bisa untuk tak memperhatikannya.
Bahkan aku ingin dia menjadi yang terakhir dalam hidupku.
Tahukah kalian aku merasa tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku harus melepaskannya,
Melepaskan dia yang telah menyakitiku tanpa ampun.
Membiarkan dia bahagia dengan kehidupannya sekarang yang lebih baik jika tanpa aku.
Membiarkannya mendapatkan seseorang yang sesuai kemauan bundanya.
Aku selalu sadar disini,
Dia tak pernah memikirkan aku
Bagaimana aku berusaha kuat untuk melupakannya, seseorang yang sedang aku cintai dengan sangat.
Bagaimana aku mengatur hatiku kembali untuk tak memperdulikannya
Kalian Tahu Aku SADAR.
Tapi apa yang ku perbuat, aku tetap diam disini tak bergerak sedikit pun.
Tak berpindah sedikitpun, untuk beranjak dari mimpi semu yang sulit menjadi nyata.
Aku ingin berteriak
“HEY,, Kapan kau berhenti menangisi dirimu sendiri. Mereka telah lari, tapi lihat dirimu masih menatapi tembok yang tak pernah berbalik arah lagi untuk memandangimu.”
Biarlah waktu yang akan menjawab apakah aku bisa beranjak, bisa “move on” ke hati yang terbaik.
Satu pelajaran yang bisa ku ambil dari kata-kata ini.
Aku tak akan pernah bisa menyemangati orang lain sebelum orang itu berniat untuk menyemangati dirinya sendiri.
Dan mereka tak akan bisa membuatku bersemangat jika aku tak mau menyemangati diriku.
Aku tidak akan pernah “move on” sebelum diriku sadar dan menginginkannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar