Move on, dua kata dalam bahasa inggris yang sedang booming-boomingnya saat ini.
Kalau ada seseorang yang sudah putus dengan pacarnya atau tidak bisa melupakannya, pastilah ada orang lain yang berkata,”Move on guys.”
Hem, suatu kata yang mudah sekali untuk dikatakan ya ?
Aku adalah salah seorang yang pernah berada diposisi keduanya, yang sulit move on dan yang berkata move on.
Aku selalu bertanya pada diri sendiri,
Mengapa aku selalu punya kata-kata yang bisa menyemangati temanku saat mereka bersedih ?
Bahkan teman lelakiku ada yang pernah bilang
“Gue salut sama lo. Lo yang sama nasibnya kaya gue bisa sekuat ini. kenapa gue nggak ?”
Itu keadaan dimana aku menjadi penasihatnya.
Beberapa hari yang lalu ada seorang sahabat yang meminta pendapatku tentang pacarnya yang mulai berubah terhadapnya,
Pacarnya suka marah-marah dan menyalahkannya atas sesuatu yang semua orang rasa sepele. Sahabatku ini tidak sanggup lagi menjalani hubungan bersamanya namun dia takut tak bisa menjalani hidupnya tanpa pacarnya ini, sampai-sampai ia menjelek-jelekkan dirinya sendiri dan membandingkannya dengan mantan sang pacar yang katanya lebih dari segalanya daripada sahabatku.
Wow, sepertinya pacarnya telah berubah menjadi jantung ditubuhnya, yang jika dia lepaskan maka dia akan mati.
Dan apa yang ku katakan ?
Kau tahu masih ada orang diluar sana yang tidak seberuntung dirimu. Tak bersyukurnya dirimu yang dengan gampang kau jelek-jelekkan dirimu sendiri, padahal kau tahu setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak ada satu pun manusia di dunia yang lahir tanpa kelebihan dan tak mempunyai kekurangan. Dan hanya seorang “mr.X” bisa membuat mu seperti ini ?
Apa saat dia memutuskan untuk bersamamu, ada perjanjian kau harus menjadi seperti orang lain ? Menjadi seperti mantannya itu ? Jika iya, betapa bodohnya dirimu memilihnya untuk masuk dalam kehidupanmu.
Kau tahu seseorang yang memiliki “cinta” untukmu,
Dia tak pernah memandang, siapa dirimu ?
Bagaimana kepribadianmu ?
Apa warna kulitmu ?
Cantikkah kamu ?
Tetapi saat dia ditanya tentangmu dia akan menjawab dengan mulut dan hatinya
“Bagaimana pun dia, aku mencintainya apa adanya, bukan karena alasan.”
Dan aku bilang kalau masih ada diluar sana yang lebih baik darinya. “Move on sayang.”
Yakinilah bahwa yang terindah pasti tidak akan pudar.
Kalian sadar betapa mudahnya kata “Move on” ku ucapkan.
Tetapi bagaimana jika sekarang posisinya berbalik,
Sekarang teman-temanku kuliah selalu mendorongku untuk “move on”
Aku baru sadar jika “move on” itu sama saja dengan kata “ikhlas” yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk direalisasikan.
Berkali-kali ku mencoba untuk bisa menerima seseorang yang baru hadir dalam hidupku tetapi disaat itu juga ku mengingatnya. Mengingat seseorang yang telah mengaduk-aduk perasaan ku menjadi tak berbentuk.
Aku bodoh
Ya, aku mengakuinya.
Bodoh karena aku tak bisa melupakannya.
Bodoh karena aku masih menjaga ukiran namanya dalam hati ini.
Bodoh karena aku masih tetap mencintainya.
Aku tak pernah bisa untuk membencinya, tak pernah bisa untuk tak memperhatikannya.
Bahkan aku ingin dia menjadi yang terakhir dalam hidupku.
Tahukah kalian aku merasa tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku harus melepaskannya,
Melepaskan dia yang telah menyakitiku tanpa ampun.
Membiarkan dia bahagia dengan kehidupannya sekarang yang lebih baik jika tanpa aku.
Membiarkannya mendapatkan seseorang yang sesuai kemauan bundanya.
Aku selalu sadar disini,
Dia tak pernah memikirkan aku
Bagaimana aku berusaha kuat untuk melupakannya, seseorang yang sedang aku cintai dengan sangat.
Bagaimana aku mengatur hatiku kembali untuk tak memperdulikannya
Kalian Tahu Aku SADAR.
Tapi apa yang ku perbuat, aku tetap diam disini tak bergerak sedikit pun.
Tak berpindah sedikitpun, untuk beranjak dari mimpi semu yang sulit menjadi nyata.
Aku ingin berteriak
“HEY,, Kapan kau berhenti menangisi dirimu sendiri. Mereka telah lari, tapi lihat dirimu masih menatapi tembok yang tak pernah berbalik arah lagi untuk memandangimu.”
Biarlah waktu yang akan menjawab apakah aku bisa beranjak, bisa “move on” ke hati yang terbaik.
Satu pelajaran yang bisa ku ambil dari kata-kata ini.
Aku tak akan pernah bisa menyemangati orang lain sebelum orang itu berniat untuk menyemangati dirinya sendiri.
Dan mereka tak akan bisa membuatku bersemangat jika aku tak mau menyemangati diriku.
Aku tidak akan pernah “move on” sebelum diriku sadar dan menginginkannya.
Senin, 26 Maret 2012
Kamis, 22 Maret 2012
“Kita Berbeda”
Oleh Ria Adiana
Aisyah seorang gadis cantik dan menawan dalam balutan kerudungnya yang menenangkan. Dia seorang gadis yang beranjak dewasa dan sedang melanjutkan studinya di sebuah Universitas Islam di Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam. Putri pertama KH Ahmad Hendrawan seorang pemuka agama yang sangat disegani banyak orang karena ilmunya. Aisyah tumbuh di keluarga yang penuh kasih sayang dan didikan agama Islam yang kuat dari Abi dan Umminya.
Semasa kecil Aisyah sangat baik dan ramah kepada teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan dan di masa itulah ia mengenal seorang anak laki-laki kecil berambut agak ikal bernama Cristian Adi Nugroho. Dia selalu bertanya kepada Aisyah tentang sesuatu yang tidak ia ketahui.
Pada suatu sore Cristian mengajak Aisyah untuk bermain bersama anak-anak lainnya di taman.
Aisyah seorang gadis cantik dan menawan dalam balutan kerudungnya yang menenangkan. Dia seorang gadis yang beranjak dewasa dan sedang melanjutkan studinya di sebuah Universitas Islam di Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam. Putri pertama KH Ahmad Hendrawan seorang pemuka agama yang sangat disegani banyak orang karena ilmunya. Aisyah tumbuh di keluarga yang penuh kasih sayang dan didikan agama Islam yang kuat dari Abi dan Umminya.
Semasa kecil Aisyah sangat baik dan ramah kepada teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan dan di masa itulah ia mengenal seorang anak laki-laki kecil berambut agak ikal bernama Cristian Adi Nugroho. Dia selalu bertanya kepada Aisyah tentang sesuatu yang tidak ia ketahui.
Pada suatu sore Cristian mengajak Aisyah untuk bermain bersama anak-anak lainnya di taman.
“Ais ais kita main ke taman yuk.” Ajak Cristian polos.
“Tian, jangan panggil Ais dong. Aisyah ya panggilnya.” Pinta Aisyah lugu sambil beranjak menuju taman.
“Loh emangnya kenapa Ais ? Itu kan panggilan dari aku, lebih singkat lagi.” Jawab Tian seadanya.
“Aisyah itu diambil dari nama istri Rasulullah yang sholehah, Abi yang memberikannya padaku. Aku senang sekali kalau kamu memanggilku Aisyah seperti teman-teman yang lain.” Jawab Aisyah dengan senyum manisnya.
“Siapa itu Rasulullah ? Mengapa Abi kamu memberikan nama itu ?” Tanya Tian penasaran.
“Rasulullah adalah utusan Allah, manusia pilihan Allah yang diutus oleh-Nya untuk memberikan peringatan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah manusia terbaik. Abi memberikan nama itu supaya aku bisa seperti Siti Aisyah. Wanita sholeha yang dipilih Allah untuk mendampingi manusia terbaik, ‘Rasulullah’. Kata Abi, pria yang terbaik untuk wanita terbaik juga. Gitu Tian.” Jawab Aisyah bersemangat.
“Wah arti nama yang bagus. Yaudah kalo gitu aku manggil kamu Aisyah deh.” Kata Tian.
“Makasih ya Tian.” Balas Aisyah.
“Sama-sama Aisyah.” Tian tersenyum.
“Tian, jangan panggil Ais dong. Aisyah ya panggilnya.” Pinta Aisyah lugu sambil beranjak menuju taman.
“Loh emangnya kenapa Ais ? Itu kan panggilan dari aku, lebih singkat lagi.” Jawab Tian seadanya.
“Aisyah itu diambil dari nama istri Rasulullah yang sholehah, Abi yang memberikannya padaku. Aku senang sekali kalau kamu memanggilku Aisyah seperti teman-teman yang lain.” Jawab Aisyah dengan senyum manisnya.
“Siapa itu Rasulullah ? Mengapa Abi kamu memberikan nama itu ?” Tanya Tian penasaran.
“Rasulullah adalah utusan Allah, manusia pilihan Allah yang diutus oleh-Nya untuk memberikan peringatan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah manusia terbaik. Abi memberikan nama itu supaya aku bisa seperti Siti Aisyah. Wanita sholeha yang dipilih Allah untuk mendampingi manusia terbaik, ‘Rasulullah’. Kata Abi, pria yang terbaik untuk wanita terbaik juga. Gitu Tian.” Jawab Aisyah bersemangat.
“Wah arti nama yang bagus. Yaudah kalo gitu aku manggil kamu Aisyah deh.” Kata Tian.
“Makasih ya Tian.” Balas Aisyah.
“Sama-sama Aisyah.” Tian tersenyum.
******
Masa SMA
Pertemanan Aisyah dan Cristian pun berlanjut hingga dewasa. Mereka berteman sewajarnya. Semasa sekolah mereka selalu berada pada kelas yang sama. Semua murid tahu bahwa Aisyah gadis yang pandai dan aktif dalam berorganisasi. Dia menjadi wakil sekertaris OSIS di SMA nya dan menjadi ketua Rohis. Aisyah tidak membataskan diri dalam bergaul, karena baginya selama masih dalam lingkaran yang diperbolehkan agama maka itu tidak menjadi masalah. Bergaul dengan laki-laki pun sebatas kepentingan organisasi dan teman belajar di sekolahnya. Selama ini semua siswa-siswi di SMA nya pun tahu bahwa ia tidak tertarik untuk pacaran bisa dibilang Aisyah tidak pernah pacaran. Meskipun banyak lelaki pintar, tampan dan bintangnya sekolah menyukainya. Tapi dia selalu menjawab “Jodoh tidak akan kemana kok. Maaf ya, Aisyah pikir pacaran tidak ada manfaatnya sama sekali. Akan lebih baik memanfaatkan masa muda kita di jalan Allah. Toh, kalau Allah berkehendak kita berjodoh, semuanya pasti terjadi kok.” Itulah yang selalu ia jawab tentunya dengan senyumannya yang meyakinkan. Ia tak pernah memberikan statement suka atau tidak suka. Karena baginya cinta bisa diupayakan dan upaya itu akan ia lakukan kepada seseorang yang Allah pilihkan untuknya.
Sementara Cristian tumbuh menjadi lelaki yang tampan. Meskipun dia tidak unggul dalam pelajaran tetapi ia sangat unggul dalam olahraga. Cristian menjadi kapten basket dan futsal di sekolah. Bahkan ia dan timnya telah beberapa kali memenangkan pertandingan tingkat nasional. Jadi tak ada satupun warga sekolah yang tak mengenal sosoknya. Tian juga banyak disukai gadis-gadis dan kebanyakan mereka cantik-cantik. Sehingga tak heran bila sekarang Tian memiliki mantan pacar yang jumlahnya belasan . Kalau mendengar "belasan mantan pacar" sepertinya pikiran kita langsung menganggapnya adalah seorang playboy. Kali ini pikiran kita salah justru Cristian lebih sering diputusin daripada mutusin, tetapi dari semuanya itu dia selalu menjadi korban penembakan, artinya Tian tidak pernah nembak cewek selalu dia yang ditembak cewek. Heemm. . . . .
Fitri, pacarnya yang ke 17 hari ini resmi menyatakan putus kepada Cristian. Entah sebenarnya apa alasan Fitri. Yang jelas berita itu sudah menyebar ke seluruh pelosok sekolah dan selang beberapa jam saja Fitri langsung menggandeng seorang siswa yang sekelas dengannya. Mungkin semua kaum hawa iba melihat Tian tetapi semua itu ditanggapi biasa olehnya.
“Kris kok lo mau aja sih diputusin cewek berkali-kali ?” Tanya Putra (teman sekelasnya) bingung.
“Santai, bro. Emangnya ada yang salah kalo diputusin ?” Jawabnya santai.
“Harga diri cuy. Masa cowok diputusin cewek sih.” Singgung Daniel, temannya yang lain.
“Harga diri ? Emangnya kalo diputusin, harga diri kita sebagai cowok jatoh gitu ?” Tanyanya sambil tertawa.
“Yaiyalah. Cowok itu ditakdirin sebagai pemimpin, jadi yang berhak mutusin tuh cowok.” Jawab Daniel.
“Dengerin gue, dengerin gue. Pemikiran lo semua tuh salah. Setiap orang berhak kali mengambil keputusan yang terbaik buat dirinya, termasuk pilihan diputusin atau mutusin. Cowok emang ditakdirin menjadi pemimpin, tapi tentunya dalam hal yang positif lah. Bukan masalah kecil kayak gini. Lagian gue emang nunggu moment ini kok.” Tegas Cristian.
“Hah ? lo nunggu moment ini ? Lo gila ya Kris ?” Kata Putra kaget.
“Udah males sebenernya gue tuh. Tapi kasian kalo diputusin. Nah, kebetulan banget ada yang suka sama dia dan dianya juga respon. So, dia untung gue untung dong. Gak saling nyakitin.” Jawab Cristian santai.
“Ah Speak aja lo, Bro. Sebenerna mah nyeri eta teh.” Kata Udin temennya Cristian yang berasal dari Cianjur.
Cristian dan teman-temannya yang lain sontak tertawa mendengar perkataan si Udin. Udin sebenarnya cukup tampan untuk ukuran laki-laki. Tetapi nama dan gaya ngomongnya yang unik itu membuat dia sering ditertawakan teman-temannya.
“Din, din, depannya doang lo so English tapi belakangnya sunda pisan euy.” Ledek Putra.
Suasana masih dalam canda dan tawa tetapi sejurus kemudian.
“Eh tapi tunggu deh. Kayaknya yang diomongin Udin ada benernya juga tuh. Jangan-jangan luarnya doang yang gak sakit tapi dalemnya itu loh, broo.” Ledek Daniel ke Cristian.
“Sial lo ngeledek gue. Sekarang gue tanya, lo pernah ngeliat gue nangis gara-gara diputusin cewek kayak si itu gak ?” Kata Cristian melirik Hendri.
Teman-temannya Cristian langsung tertawa melihat ke arah Hendri sementara Hendri sejurus kemudian baru tersadar dia telah diomongin teman-temannya.
“Rese lo Kris bawa-bawa gue.” Ucap Hendri.
“Lagian, makanya kalo pacaran jangan pake hati.” Kata Tian so bijak.
“Emangnya lo pacaran gak pernah pake hati Kris ?” Tanya Daniel.
“Nggak pernah lah, makanya gue biasa-biasa aja.” Jawab Tian mantap.
“Masa sih lo gak pernah suka sama cewek, Bro ?” Tanya Putra.
“Ya pernah lah. Lebih dari rasa suka, malah bisa dibilang dia satu-satunya cewek yang bisa buat gue jatuh cinta. Tapi dia susah didapetinnya ,cuy.” Jawab Tian so melankolis.
“Sesusah apa sih buat lo ? Secara bintang lapangan kita, masa naklukin cewek aja gak bisa. Cemen.” Ledek Hendri.
“Susah banget. Naklukin dia itu lebih susah daripada ngerjain soal matematika 100 soal essay, lebih susah daripada ngerti omongannya Pak Juned tentang sejarah Indonesia, lebih susah daripada mencetak three point saat pertandingan, dan lebih susah daripada masukin bola ke gawang lawan yang pemain backnya jago.” Jawab Tian so puitis.
Mereka yang ada di sana tertawa mendengar puitisnya sang bintang lapangan. Karena Tian tidak pernah berbicara dengan kata-kata sepuitis itu.
******
Di kelas
“Hey Aisyah.” Sapa Cristian kepada Aisyah yang sedang menulis hasil diskusi pelajaran Biologi
“Hey Tian.” Balas Aisyah sambil terus mengerjakan tugas.
Hari ini Tian begitu lelah, terlihat sekali dalam raut wajahnya. Tetapi Aisyah melihatnya seperti sedang sedih.
“Kenapa tian ? Sedih ya diputusin Fitri ?” Tanya Aisyah hati-hati.
“Waduh cepet banget nyebarnya ya tuh berita.” Kata Tian kaget mendengar perkataan Aisyah.
“Aku gak sedih kok, ini Cuma lagi capek aja latihan basket mulu buat lomba.” Jawab Tian sekenanya.
“Oh begitu. Kirain kamu ngerasa sedih gara-gara putus.” Kata Aisyah.
Tian hanya tersenyum pasalnya ia selalu bercerita kepada Aisyah jika ia tidak pernah sedih saat diputusin seorang cewek. Aisyah juga heran tapi ya mungkin Cristian memang begitu orangnya. Itulah yang ada dibenak Aisyah padahal Cristian tidak pernah menggunakan hati saat menjalani hubungan bersama orang lain karena baginya tidak ada orang yang lebih baik yang bisa menggantikan sosok perempuan dihatinya.
“Tiaaaan.” Teriak salah satu teman Tian mengajak main futsal.
“Jangan panggil gue Tian.” Tegur Tian kepada temannya itu.
“Oh ya sori Kris. Mau gak tanding sore ini ?” Tanya sang teman.
“Oke, Bro. Siap gue.” Jawab Tian mantap.
“Sip. Jangan telat ya.” Pesan sang teman.
“Iya.” Jawab Tian singkat
Temannya yang mengajak tanding pun berlalu.
“Kenapa sih gak mau dipanggil Tian ? Padahal aku selalu panggil Tian ?” Tanya Aisyah penasaran.
“Kamu mah gak papa Aisyah, kan dari kecil udah panggil itu.” Jawab Tian.
Mungkin kedengarannya aneh sekali Cristian tidak mau dipanggil Tian oleh teman-temannya sementara Aisyah selalu manggil Tian dan tidak pernah dimarahi olehnya.
“Oh ya Aisyah, denger-denger ada yang ditembak lagi ya?” Sindir Tian.
“Kalo ditembak mati dong.” Jawab Aisyah asal
Cristian tersenyum
“Ya lebih tepatnya ada yang nyatain cinta kan ke Aisyah. Juara Olimpiade Fisika lagi. Keren kan.” Kata Tian asal
Aisyah hanya tersenyum mendengar kata-kata asal yang keluar dari mulutnya Tian.
“Kenapa gak diterima Aisyah ?” Tanya Tian menyelidiki.
Pasalnya Dua hari yang lalu Dimnino Saputra, juara pertama olimpiade Fisika Internasional menyatakan perasaannya kepada Aisyah. Dia laki-laki yang baik, sholeh, pintar dan tampan pula. Cristian pikir dia adalah sosok lelaki yang selama ini Aisyah cari. Akan tetapi jawabannya tetap sama seperti jawaban kepada cowok-cowok sebelumnya. Hal ini membuat Cristian penasaran.
Aisyah hanya tersenyum dan berkata, “Sepertinya pertanyaan itu udah Tian sampaikan lebih dari tiga kali deh.”
“Hehe, iya gitu ? Lupa.” Ucap Tian singkat karena malu.
******
“Bim, gue boleh nanya ?” Tanya Tian kepada Bimo
“Nanya apa Kris ?” Jawab Bimo serius.
“Di Islam gak boleh pacaran ya ?” Tanya Tian penasaran.
“Kenapa lo tumben-tumbenan nanya kayak gitu ?” Jawab Bimo asal
“Ya pengen tau aja. Jelasin dong ke gue.” Pinta Tian penasaran
“Oh oke kalo gitu. Jadi gini di dalam Al Qur’an QS Al-Isra’ ayat 32 Allah berfirman : ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” Kata Bimo membacakan arti dari suatu ayat dalam Al-Quran.
“Tapi gak ada kata pacarannya, Bim.” Kata Tian heran.
“Emang gak ada kata pacarannya, tapi pacaran itu salah satu hal yang bisa mendekati zina. Lo bisa lihat sendiri gimana anak muda zaman sekarang pacaran, dari hal yang paling kecil yaitu tatap-tatapan sampai hal terburuk, ya lo tau sendiri kan gak perlu gue jelasin detailnya.”
Cristian mengangguk.
“Semua itu dilarang di Islam Kris. Banyak kerugian yang akan kita dapetin kalau ngelanggar itu. Kalo gak di dunia ya di akhirat sana.” Tambah Bimo.
“Tapi gimana nanti kita menikah sementara pacaran gak dibolehin. Bukannya pacaran adalah masa penjajakan dua insan buat saling mengenal ya ?” Tanya Tian melanjutkan.
“Nah ini penafsiran yang salah. Islam punya cara tersendiri untuk mengenalkan dua orang insan kok Kris.” Jawab Bimo.
“Gimana caranya tuh ?” Tanya Tian makin penasaran.
“Seorang pemuda atau pemudi yang sudah siap untuk menikah, mereka akan bilang kepada orang tuanya atau orang yang ia percayai yang bisa mencarikan seseorang yang tepat. Kemudian jika sudah ada pilihan maka mereka akan bertukar biodata, setelah terjadi kesepakatan maka kedua belah pihak dipertemukan. Dalam pertemuan tersebut terjadilah pembicaran dan perkenalan antar kedua belah pihak termasuk keluarga, jika kedua belah pihak merasa cocok maka pernikahan pun ditetapkan.” Jelas Bimo.
“Bisa sesimple itu. Apa mereka bisa saling mencintai dalam waktu yang sedemikian singkat ? Lalu apa mereka yakin orang yang akan menikah dengannya adalah jodohnya ?” Cristian makin tak mengerti.
“Disini takdir Allah yang menentukan. Nggak selamanya pertemuan itu menghasilkan keputusan untuk menikah kadang juga tidak terjadi pernikahan. Sementara soal cinta, cinta itu bisa diupayakan Kris selama kita berusaha dan berserah diri kepada-Nya. Insya Allah cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya.” Jelas Bimo penuh makna.
“Tapi apa masih ada orang seperti itu di zaman ini?” lanjut Tian.
“Masih ada kok, yaitu mereka yang mencintai Allah lebih dari apapun dan percaya bahwa yang terbaik adalah jalan-Nya, maka mereka berserah diri kepada-Nya mengenai apapun termasuk jodoh. Sebab pria yang baik adalah untuk wanita yang baik, begitu pula sebaliknya.” Jelas Bimo
“Gue ngerti Bim. Thanks ya udah jelasin.” Kata Tian berterima kasih.
*Aisyah pernah bilang seperti itu juga, Bim. Pria yang baik untuk wanita yang baik, dan sebaliknya. (Kata Tian dalam hati.)
******
Saat Kelulusan SMA
Siswa-siswi kelas tiga SMA telah menempuh Ujian Nasional dan hari ini mereka dinyatakan lulus semuanya. Semua siswa-siswi mengurus kepentingannya masing-masing. Ada yang akan melanjutkan kuliah, kerja dan ada pula yang memutuskan untuk menikah muda. Begitu pun Aisyah dan Cristian mereka sangat sibuk menguruskan berkas-berkas untuk mendaftar ulang di Universitas pilihannya. Aisyah ternyata telah diterima menjadi mahasiswi Fakultas Pendidikan Agama Islam di sebuah Universitas Islam di wilayah Jakarta Selatan, sementara Cristian telah menjadi mahasiswa di Universitas Kristen di wilayah Jakarta Timur.
Setelah lulus dari SMA dan melanjutkan studi di Universitas, mereka menjadi jarang bertemu. Meskipun rumah mereka bersebelahan akan tetapi sekarang mereka punya hidup masing-masing yang harus mereka jalani.
******
Aisyah sudah tumbuh dewasa. Sekarang ia sudah semester terakhir dan tinggal menunggu sidang dan jika lulus, ia pun akan di wisuda.
“Aisyah skripsinya udah selesai ndo ? Terus wisudanya kapan ?” Tanya Abinya.
“Belum Abi. Kira-kira empat bulanan lagi Abi, masih lama kok.” Jawab Aisyah.
“Ndo, sudah bolehkah Abi mencarikan calon suami untukmu?”
Aisyah langsung tertegun mendengar perkataan Abinya. Sepertinya mulai sekarang dia harus bisa meningkatkan lagi rasa ikhlasnya.
“Apa tidak terlalu cepat Abi? Aisyah kan belum bekerja dan membahagiakan Abi dan Ummi?” Jawab Aisyah.
“Kamu kan bisa bekerja setelah menikah nanti, Ndo. Lagian Abi dan Ummi sudah tak mau apa-apa lagi. Abi dan Ummi ingin melihat kamu menikah. Iyakan Ummi?” Jelas Abinya.
“Iya Ndo, yang Abimu katakan benar.” Kata Umminya mengangguk.
Aisyah menghirup nafas yang panjang mencoba menenangkan hatinya. Ia tak menyangka semua akan terjadi secepat ini.
*Bismillahirrahmaanirrahiim (Sebutnya dalam hati.)
“Abi atur aja ya. Aisyah menurut saja. Abi pasti tahu seseorang yang terbaik untuk Aisyah. Semoga Allah memberikan petunjuk.” Kata Aisyah dengan santunnya.
“Aamiin.” Kata Abi dan Umminya serentak.
******
Keesokan Hari
“Aw.” Teriak seorang cowok yang berada di teras depan rumahnya.
“Waduh, kena siapa tuh ?” Kata Farhan langsung melihat wajah si korban.
“Siapa sih yang nendang-nendang batu?” Kata sang korban berjalan keluar.
“Loh kak Kris toh. Maaf ya kak, aku gak sengaja.” Kata Farhan meminta maaf kepada Cristian.
“Aduh Farhan lain kali jangan sembarangan nendang batu ya.” Kata Tian.
“Iya kak maaf, aku lagi kesel.” Ucap Farhan sekali lagi.
“Loh kesal kenapa emang? Sini masuk dulu yuk sekalian cerita, siapa tahu bisa ilang keselnya.” Kata Tian memberi solusi.
Akhirnya Farhan masuk ke dalam rumah Tian dan menceritakan kekesalannya.
“Kamu kesal kenapa emang de?” Tanya Tian.
“Itu kak, Abi mau kak Aisyah cepet nikah selesai wisuda.” Curhat Farhan dengan wajah cemberutnya.
Ekspresi wajah Tian langsung berubah, dia kaget mendengar itu semua. Dadanya terasa sesak sekali untuk bernafas. Akan tetapi ya itulah kenyataan yang harus ia hadapi.
“Kak Kris, Kak, kok bengong ?” Kata Farhan memotong lamunan Cristian.
“Eh, iya maaf de. Terus kak Aisyah jawab apa?” Tanya Tian penasaran.
“Kak Aisyah tuh penurut banget kak. Dia bilang supaya Abi mengaturnya.” Jawab Farhan.
“Memangnya kapan kira-kira kak Aisyah akan menikah? Calonnya udah ada de?” Tanya Tian makin penasaran.
“Kira-kira 4 bulan kak setelah kak Aisyah wisuda. Belum ada kak, Abi sedang mencarinya.” Jawab Farhan.
“Terus kenapa kamu kesel de?” Tanya Tian.
“Nanti kak Aisyah bakal pergi dibawa suaminya dan aku gak diperhatiin lagi sama kak Aisyah, kak.” Jawab Farhan masih kesal.
Sontak Tian langsung tertawa mendengar perkataan dari Farhan.
“Kamu lucu de. Kak Aisyah orangnya gak begitu Farhan, walaupun dia udah menikah pasti dia masih memperhatikan kamu.” Kata Tian menenangkan.
“Beneran kak ?” Tanya Farhan tak percaya.
“Serius. Percaya sama kakak.” Jawab Tian mantap.
Farhan lebih tenang mendengar hal itu. Dia sadar kalau kakaknya tak seperti yang dia fikirkan belakangan ini.
“Kak Kris kok kurusan ya ? ” Tanya Farhan melihat perubahan pada fisik Tian
“Iya nih kurusan. Pusing banget mikirin kuliah. Haha” Kata Tian tenang.
“Oh begitu. Kirain sakit kak ?” Kata Farhan
“Nggak kok. Kakak sehat-sehat aja.” Jawab Tian meyakinkan.
“Kalau gitu makasih ya kak udah ngeyakinin Farhan. Farhan balik dulu ya?” Kata Farhan berpamitan kepada Tian.
“Sip, sama-sama de.” Balas Tian.
“Eh, iya maaf de. Terus kak Aisyah jawab apa?” Tanya Tian penasaran.
“Kak Aisyah tuh penurut banget kak. Dia bilang supaya Abi mengaturnya.” Jawab Farhan.
“Memangnya kapan kira-kira kak Aisyah akan menikah? Calonnya udah ada de?” Tanya Tian makin penasaran.
“Kira-kira 4 bulan kak setelah kak Aisyah wisuda. Belum ada kak, Abi sedang mencarinya.” Jawab Farhan.
“Terus kenapa kamu kesel de?” Tanya Tian.
“Nanti kak Aisyah bakal pergi dibawa suaminya dan aku gak diperhatiin lagi sama kak Aisyah, kak.” Jawab Farhan masih kesal.
Sontak Tian langsung tertawa mendengar perkataan dari Farhan.
“Kamu lucu de. Kak Aisyah orangnya gak begitu Farhan, walaupun dia udah menikah pasti dia masih memperhatikan kamu.” Kata Tian menenangkan.
“Beneran kak ?” Tanya Farhan tak percaya.
“Serius. Percaya sama kakak.” Jawab Tian mantap.
Farhan lebih tenang mendengar hal itu. Dia sadar kalau kakaknya tak seperti yang dia fikirkan belakangan ini.
“Kak Kris kok kurusan ya ? ” Tanya Farhan melihat perubahan pada fisik Tian
“Iya nih kurusan. Pusing banget mikirin kuliah. Haha” Kata Tian tenang.
“Oh begitu. Kirain sakit kak ?” Kata Farhan
“Nggak kok. Kakak sehat-sehat aja.” Jawab Tian meyakinkan.
“Kalau gitu makasih ya kak udah ngeyakinin Farhan. Farhan balik dulu ya?” Kata Farhan berpamitan kepada Tian.
“Sip, sama-sama de.” Balas Tian.
******
Keesokan harinya
“Pagi Lang.” Sapa Tian ke pemilik sebuah cafe kecil tempatnya mengisi waktu luang jika jam kuliah belum dimulai. Cafe itu sangat minimalis akan tetapi popularitasnya dikalangan mahasiswa kampus Tian sudah tak lagi dipertanyakan. Tempat yang strategis dekat kampus, menu makanan minuman yang lezat dan harga yang sesuai sekali dengan kantong-kantong mahasiswa. Dan yang paling unik Cafe itu menempel simbol yang artinya dilarang pacaran di dalam cafe dan juga dilarang merokok. Cocok sekali ya buat para jomblo. hehehe
“Pagi Kris.” Jawab Gilang, sang pemilik cafe dengan senyuman.
“Ngapain lo pagi-pagi udah ngelamun.” Tanya Tian
“Bukan ngelamun tapi lagi mikirin sesuatu Kris.” Jawab Gilang
“Mikirin apaan emangnya?” Tanya Cristian.
“Gimana gue bisa temuin seorang kyai untuk mengisi ceramah di acara maulid nabi di masjid deket rumah gue.” Kata Gilang.
“Kan bokap lo kyai Lang, kenapa gak beliau aja ?” Tanya Tian
“Abi gue udah biasa ceramah di masjid. Nah sebagai sesepuh Abi gue pinginnya kedatangan kyai dari luar supaya masyarakatnya ada ilmu baru lagi dan suasana baru. Intinya biar masyarakatnya gak bosen Kris. Abi gue diminta tolong untuk mencarikan kyai tersebut.” Jawab Gilang mejelaskan.
“Lah kan bokap lo kyai pasti banyak kenalannya dong.” Kata Tian.
“Iya sih bener. Tapi gak tau kenapa semua kenalan Abi gue pada gak bisa, jadinya gue dimintain tolong Abi buat nyariin kyai itu.” Jawab Gilang.
* Apa ini kesempatan ya? (Kata Tian dalam hati)
“Samping rumah gue ada kyai. Lo coba kesana aja. Ya, cuman gue sih gak tau ceramahnya enak atau nggak.” Kata Tian memberi solusi.
“Serius. Bisa minta alamatnya ?” Tanya Gilang
“Udah lo tenang aja. Kapan mau kesana ? Nanti lo berangkat bareng gue ke rumah Kyai itu.” Jawab Tian memberi kemudahan.
“Thanks Kris mau bantuin gue cari solusi. Nanti gue kabarin lagi kapan gue ke sana sama Abi gue.” Ucap Gilang.
“Iya sama-sama, Lang.”
* Apa ini kesempatan ya? (Kata Tian dalam hati)
“Samping rumah gue ada kyai. Lo coba kesana aja. Ya, cuman gue sih gak tau ceramahnya enak atau nggak.” Kata Tian memberi solusi.
“Serius. Bisa minta alamatnya ?” Tanya Gilang
“Udah lo tenang aja. Kapan mau kesana ? Nanti lo berangkat bareng gue ke rumah Kyai itu.” Jawab Tian memberi kemudahan.
“Thanks Kris mau bantuin gue cari solusi. Nanti gue kabarin lagi kapan gue ke sana sama Abi gue.” Ucap Gilang.
“Iya sama-sama, Lang.”
******
Siang hari dalam hari yang sama
Hari ini teriknya matahari tak menghalangi Aisyah untuk menyusuri jalan menuju rumahnya selesai ia kuliah. Dari jalan besar meuju rumahnya tak begitu jauh hingga ia memutuskan untuk berjalan kaki. Dari kejauhan Aisyah melihat Cristian keluar dari rumahnya bersama Abi yang mengantarnya sampai ke pagar rumahnya.
“Ngapain ya Tian ke rumah ?” Tanya Aisyah kepada dirinya sendiri.
* Jangan-jangan. (Sebuah pemikiran yang mustahil baginya merasuki hatinya.)
“Ah gak mungkin.” Jawab Aisyah atas pemikiran tersebut.
Sesampainya di rumah
“Assalamualaikum.” Aisyah mengucap salam.
“Waalaikumsam.” Jawab Abinya yang masih duduk di teras depan rumah sambil membaca buku tentang fiqih.
Aisyah masuk dan mencium tangan sang Ayah.
“Abi, tadi Aisyah lihat Tian dateng kesini. mau apa ya ?” Tanya Aisyah.
“Ada urusan sesuatu Ndo.” Jawab Abinya tidak menjelaskan secara detail perihal kedatangan Tian.
******
Suatu pagi di hari yang cerah
“Assalamualaikum.” Kata Gilang dan abinya mengucapkan salam di depan rumah Aisyah yang juga ditemani oleh Tian.
“Waalaikumsalam.” Jawab Abinya Aisyah
“Kyai, ini teman saya dan Abinya, Kyai Hasan yang saya bilang kemarin ingin bertemu Pak Kyai.” Kata Tian kepada KH. Ahmad Hendrawan, Abinya Aisyah.
“Oh iya, silahkan masuk.” Kata Abinya Aisyah.
“Saya permisi pulang dulu, Pak Kyai.” Ucap Tian
“Loh Nak Kris tidak ikut masuk ?” Tanya Abinya Aisyah
“Maaf Pak Kyai, ada keperluan yang harus saya kerjakan.” Jawab Tian
“Oh ya sudah. Hati-hati Nak.” Kata Abinya Aisyah.
“Iya Pak Kyai. Saya permisi dulu.” Kata Tian mengakhiri pembicaraan
“Abi, Gilang pamit anterin Kris keluar ya.” Kata Gilang.
“Iya Le.” Jawab Abinya Gilang singkat.
“Makasih ya Kris udah bantuin gue.” Kata Gilang smbil berjalan mengantarkan Tian sampai gerbang rumah Aisyah.
“Selow aja Lang. Gue seneng bisa bantu.” Jawab Tian
“Ya udah lo hati-hati ya Kris. Sekali lagi thanks ya.” Pesan Gilang kepada Tian.
“Sip.” Jawab Tian yang kemudian berlalu ke gerbang rumahnya.
Setelah itu Gilang masuk ke rumah Aisyah dan memulai percakapan bersama Abinya Aisyah dan Abinya. Setelah bercakap-cakap beberapa menit, terjadilah kesepakatan antar Kyai ahmad dan kyai hasan mengenai peringatan hari besar islam yang akan berlangsung dilingkungan tempat tinggal kyai hasan.
“Nak Gilang sekarang sibuk apa?” Tanya Kyai Ahmad kepada Gilang
“Sedang menjalankan bisnis rumah makan kecil-kecilan saja Pak Kyai.” Jawab Gilang
“Hmm, kuliahnya bagaimana Nak ?” Tanya sang kyai melanjutkan
“Alhamdulillah sedang melanjutkan S2 disalah satu Universitas Islam di Jakarta Pak Kyai.”
Percakapan pun berlangsung terus bahkan diluar konteks kerja. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang Kyai Ahmad lontarkan kepada Gilang. Setelah selesai bercakap-cakap akhirnya Gilang dan Abinya kembali ke rumahnya.
******
Tiga bulan kemudian setelah kedatangan Kyai Hasan dan Gilang. Abinya Aisyah terlihat membicarakan sesuatu kepada Aisyah.
“Ndo, bisa Abi dan Ummi bicara sebentar?” Kata Abinya denagn halus.
“Iya Abi ada apa?” Jawab Aisyah yang sebenarnya sudah mengerti apa yang ingin Abinya katakan kepadanya.
“Melanjutkan pembicaraan tempo hari, Abi sudah menemukan calon yang Abi rasa pantas untukmu Ndo. Abi sudah melihat kesehariannya dan perilakunya setiap hari. Dia pria yang sopan, sholeh dan pekerja keras. Dia bisa memposisikan dirinya saat berhadapan dengan segala kalangan.” Kata Abinya menjelaskan.
Aisyah menghela napasnya perlahan sepertinya ia akan melewati saat-saat terberat dalam hidupnya.
“Apa kira-kira dia tidak berpura-pura Abi?” Tanya Aisyah
“Tidak Ndo. Abi melihatnya dari jauh. Dia tidak mengetahui bahwa Abi memantaunya.” Jawab Abinya.
“Ini foto dan biodatanya, keputusan ada di kamu Ndo. Minta petunjuk sama Allah ya Ndo.” Kata Abinya sambil menyodorkan Amplop berisi Foto dan Biodata sang calon pendamping hidupnya.
“Iya Abi, Aisyah akan meminta petunjuk sama Allah. Aisyah kembali ke kamar ya Abi.” Kata Aisyah tersenyum sambil berlalu ke kamarnya.
Gadis itu pintar sekali menyembunyikan perasaannya. Bahkan tak ada satu pun orang yang tahu bahwa ia menyimpan suatu perasaan untuk seseorang kecuali Allah, Dialah Yang Maha Mengetahui yang tersembunyi. Aisyah merasa hanya Allah-lah yang bisa membuatnya lebih tenang jika gejolak perasaan itu muncul. Gadis itu begitu tegar, yang dia percaya bahwa Allah akan selalu memberikan jalan terbaik untuk hidupnya. Semua yang terjadi bukan tanpa alasan, semuanya pasti telah tertulis disana.
Aisyah menitikkan airmatanya, Dia menangis karena saat ini ia tak bisa mengatur hatinya yang terpengaruhi setan. Dia merasa perasaannya harus disampaikan kepada orang itu, tetapi sekali lagi dia istighfar bahwa cintanya kepada Sang Khaliq lebih besar daripada apapun. Aisyah mengerti bahwa mereka tak akan bisa bersama. Hatinya selalu berbisik “Kita berbeda” Ya selama ini dari dahulu Aisyah telah menyembunyikan perasaannya kepada Cristian Adi Nugroho,seorang Nasrani. Saat kecil ia tak pernah merasa berbeda dengan Tian, anak kecil seumurannya yang sama lugunya dengan Aisyah. Tetapi waktu berjalan, Aisyah melihat tembok yang dahulunya tak terlhat, kini tembok itu terbentang tinggi dan kokoh, lebih kokoh dari tembok apapun di dunia, yang berdiri tegak sampai hari ini. Tembok itu mengurungkan sebuah kisah yang tak pernah dimulai dan juga tak ada akhirnya.
Aisyah memutuskan untuk tidur, ia ingin bangun pagi supaya bisa melakukan sholat tahajud. Tepat jam dua pagi, ia terbangun dan melakukan sholat tahajud. Ia begitu khusyuk dan terlihat sangat tenang sambil memunajatkan do’a. Do’a yang mungkin semua wanita inginkan. Aisyah meminta jodoh yang terbaik, yang sholeh dan bisa mengayomi dia di jalan Allah, yang bisa saling mencintai karena Allah, dan bisa mengikhlaskannya pergi saat ia akan menghadap Allah.
Setelah merasa tenang kemudian perlahan ia membuka amplop berisi foto dan biodata seseorang yang dicarikan Abinya.
Pertama Aisyah melihat biodatanya disana tertulis
Nama : Muhammad Gilang Ramadhan
TTL : Solo, 8 November 1987
“Berbeda tiga tahun dengan ku.” Ucapnya dengan pelan.
Tiba-tiba ia membaca namanya sekali lagi dalam hati seolah mengingat-ingat sesuatu.
* Muhammad Gilang Ramadhan
Lalu Aisyah perlahan-lahan melihat fotonya, hatinya berdegup sangat kencang.
Aisyah melihat seorang laki-laki tampan dengan wajah yang begitu menenangkan. Raut wajah yang tak menampakkan kegelisahan. Pria itu mengenakan kemeja coklat yang dua hari lalu ia melihatnya.
“Kak Gilang.” Lirih Aisyah
Gilang ternyata adalah kakak senior Aisyah yang sedang menempuh program S2. Dia sangat aktif dalam kegiatan keagamaan di kampus. Sering ia menjadi pembicara saat kegiatan mentoring. Dia memang pria yang sholeh dan penyabar, semua yang dikatakan Abinya adalah benar. Banyak sekali kaum hawa yang mengaguminya bahkan mengejarnya untuk bisa menjadikan ia suami mereka tetapi Aisyah dengan mudah menjadi calon pendampingnya. Apa ini memang jalan yang Allah takdirkan?
Setelah mengetahui calon pendampingnya, Aisyah setiap hari sholat istikharah memohon petunjuk Allah supaya bisa mengambil keputusan dengan tepat.
******
Keluarga KH. Ahmad hendrawan telah berkumpul di ruang keluarga
“Abi, Aisyah ingin berbicara tentang calon yang Abi pilihkan untuk Aisyah.” Kata Aisyah, sepertinya ia sudah mantap untuk memberikan keputusan.
“Sudah ada keputusannya, Ndo?” Tanya Abinya.
“Sudah Abi.” Jawab Aisyah.
“Jadi bagaimana, Ndo ?” Tanya Abinya melanjutkan.
“Aisyah. . . . . . . .Aisyah Insya Allah bersedia untuk dipertemukan dengannya Abi.” Jawab Aisyah.
“Alhamdulillahirrobil’alamiiin.” Kata Abi dan Umminya serentak.
“Semoga ini awal jalan yang baik dari Allah ya Ndo.” Kata Umminya bahagia.
“Kakak yakin gak terpaksa ?” Celetuk Farhan polos.
“Nda kok Farhan sayang, Kakak udah mutusinnya.” Jawab Aisyah sambil mngelus rambut adiknya itu.
“Abi juga baru dapat kabar tadi ba’da Maghrib kalau Nak gilang juga setuju untuk dipertemukan dengan kamu, Ndo.” Kata Abinya menginformasikan.
“Alhamdulillah Abi.” Kata Aisyah tersenyum.
“Sudah ada keputusannya, Ndo?” Tanya Abinya.
“Sudah Abi.” Jawab Aisyah.
“Jadi bagaimana, Ndo ?” Tanya Abinya melanjutkan.
“Aisyah. . . . . . . .Aisyah Insya Allah bersedia untuk dipertemukan dengannya Abi.” Jawab Aisyah.
“Alhamdulillahirrobil’alamiiin.” Kata Abi dan Umminya serentak.
“Semoga ini awal jalan yang baik dari Allah ya Ndo.” Kata Umminya bahagia.
“Kakak yakin gak terpaksa ?” Celetuk Farhan polos.
“Nda kok Farhan sayang, Kakak udah mutusinnya.” Jawab Aisyah sambil mngelus rambut adiknya itu.
“Abi juga baru dapat kabar tadi ba’da Maghrib kalau Nak gilang juga setuju untuk dipertemukan dengan kamu, Ndo.” Kata Abinya menginformasikan.
“Alhamdulillah Abi.” Kata Aisyah tersenyum.
Aisyah berusaha terus tetap tersenyum, melihat Abi dan Umminya bahagia adalah hal yang paling membahagiakan untuknya. Setiap wanita pasti berfikir akan menikah dengan seseorang yang dicintainya akan tetapi tidak semua yang kita harapkan bisa untuk kita dapatkan. Sebatang pohon butuh proses yang lama dan menguras keringat untuk bisa menjadikannya patung yang bernilai seni yang tinggi. Begitu juga cinta, Aisyah yakin bahwa cinta butuh proses supaya bisa menjadikannya sempurna tentunya bila diupayakan dengan ikhlas.
“Kak, malam ini tidur di kamar Farhan ya?” Pinta Farhan
“Iya sayang malam ini kakak tidur di kamar kamu.” Jawab Aisyah menyenangkan hati adik semata wayangnya itu.
“Adikmu jangan terlalu dimanjakan, Ndo” Kata umminya menasehati.
“Nggak apa-apa Ummi, kan nggak sering-sering.” Jawab Aisyah tersenyum.
“Ayoo kaaakk.” Ajak Farhan menarik tangan Aisyah.
Aisyah pun menuruti rengekan adiknya itu.
******
Tiga hari setelah Aisyah menyetujuinya, maka diadakanlah pertemuan dua keluarga. Di saat itulah mereka berdua bisa saling berbicara dan menanyakan hal sebagai penguat hatinya untuk menerima pribadi yang akan menemani selama hidup berumah tangga. Gilang menanyakan 3 pertanyaan kepada Aisyah.
“Apa yang Aisyah mengerti tentang pesan Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail dalam memilih istri.”
“Nabi Ibrahim berpesan kepada putranya Ismail agar mengganti Ambang pintu, yang artinya menyuruh Ismail agar menceraikan istrinya, dikarenakan istrinya tersebut selalu mengeluh, bahkan tidak menghormati Nabi Ismail dengan menceritakan keburukan dan kekurangannya tanpa tersisa, saat Nabi Ibrahim berkunjung. Seorang istri harus selalu menghormati suami, dosa besar bila menceritakan keburukan atau kekurangan suami kepada orang lain, kecuali bila ia mendapat perlakuan kasar dari suami maka dibolehkan menceritakan kepada orang yang terpercaya untuk meminta perlindungan.” Jawab Aisyah.
Gilang terlihat tenang mendengarkan jawaban Aisyah.
“Lalu Apa pandangan kamu tentang seorang suami.”
“Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Dia adalah tiang dalam rumah. Jika tiang itu rapuh maka robohlah rumah tersebut, tetapi jika ia kokoh dalam balutan agama maka rumah akan terus berdiri kekar. Dia harus mempunyai sikap yang bijaksana dan menjadi panutan bagi istri dan anak-anaknya.” Jawab Aisyah
“Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Dia adalah tiang dalam rumah. Jika tiang itu rapuh maka robohlah rumah tersebut, tetapi jika ia kokoh dalam balutan agama maka rumah akan terus berdiri kekar. Dia harus mempunyai sikap yang bijaksana dan menjadi panutan bagi istri dan anak-anaknya.” Jawab Aisyah
Gilang masih terlihat tenang mendengarkan jawaban dari Aisyah.
“Satu pertanyaan lagi. Lebih baik mencintai atau dicintai?” Tanya Gilang
Aisyah sempat diam. Dia berpikir keras untuk menjawabnya. Tetapi kemudian dengan tenang ia menjawab pertanyaan Gilang.
“Yang lebih baik adalah keduanya. Cinta akan sempurna bila kedua belah pihak bisa saling mencintai dan merasakan keindahan hidup bersama tanpa harus ada yang terpaksa dan tersakiti diantara keduanya.” Jawab Aisyah singkat
“Saya rasa cukup jawaban dari Aisyah kyai.” Kata Gilang kepada Kyai Ahmad
Kemudian Aisyah memberikan satu pertanyaan kepada Gilang.
“Apa menurutmu tiga hadiah terindah dari suami kepada istri?” Tanya Aisyah
Aisyah memberikan hanya satu pertanyaan karena ia sudah tahu kepribadian Gilang seperti apa. Ia percaya bahwa gilang adalah pribadi yang dicarinya. Dia hanya ingin jawaban dari pertanyaannya ini untuk meyakinkan hatinya.
“Tiga hadiah terindah dari suami kepada istri adalah cinta, kesetiaan dan tanggung jawab. Semua istri pasti menginginkan cinta dari suaminya, cinta yang tak pernah pudar walaupun kulit telah berubah menjadi keriput. Lalu kesetiaan, Kesetiaan adalah penyempurna cinta agar cinta itu bisa bertahan dalam menjalani biduk pernikahan hingga seterusnya sampai akhirat nanti cinta itu akan terus bersemi, dan yang ketiga adalah tanggung jawab, pria yang bertanggung jawab dalam perkataannya dan merealisasikan dalam perbuatan adalah pria yang diharapkan oleh seorang istri.” Jawabnya mantap.
Kedua belah pihak sudah diizinkan untuk bisa saling bertanya satu sama lain. Dan sudah waktunya mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan atau tidak pertemuan ini untuk jenjang yang lebih tinggi yaitu pernikahan.
“Bagaimana Le apakah setuju menjadikan Aisyah sebagai istrimu?” Tanya kyai hasan kepada anaknya.
“Insya Allah saya setuju Abi.” Jawab Gilang mantap.
“Kamu bagaimana Ndo?” Tanya sang Ummi.
Aisyah diam dan membuat orang tuanya agak panik tetapi beberapa saat kemudian ia menarik nafasnya sedalam mungkin dan mengucapkan basmalah dalam hatinya.
*bismillahirrahmaanirrahiim.
“Insya Allah Aisyah juga bersedia Ummi.” Jawab Aisyah.
“Alhamdulillah.” Jawab kedua keluarga serentak.
*bismillahirrahmaanirrahiim.
“Insya Allah Aisyah juga bersedia Ummi.” Jawab Aisyah.
“Alhamdulillah.” Jawab kedua keluarga serentak.
Tanggal pernikahan pun ditetapkan. Seminggu setelah Aisyah Wisuda, pernikahan dilangsungkan. Berbagai persiapan pun dilakukan mulai dari undangan sampai baju pengantin sudah dipesankan.
******
Seminggu menjelang pernikahan
Undangan pernikahan mereka akan disebar ke kerabat dan para sahabat dekat kedua belah pihak dan hari ini pun Aisyah akan memberikan undangan kepada sahabatnya yang tinggal di Jakarta Pusat. Dia pun meminta izin kepada sang bunda untuk pergi.
“Ummi Aisyah mau mengantarkan undangan ke Fitri ya.” Kata Aisyah
“Loh, sama siapa Ndo?” Tanya Umminya khawatir.
“Sendiri Ummi.” Jawab Aisyah
“Nanti saja dianterin Abi, Ndo.” Kata Umminya
“Aisyah saja Ummi, kalau nunggu Abi pasti kemalaman. Mumpung Aisyah tidak ada kerjaan apa-apa Ummi.” Kata Aisyah mantap
“Ya sudah tapi hati-hati ya Ndo. Seminggu lagi kan kamu akan menikah.” Pesan Umminya.
“Iya Ummi. Aisyah berangkat dulu ya. Assalamualaikum.” Pamit Aisyah
“Waalaikumsalam.” Jawab Umminya.
Aisyah menuju rumah Fitri sahabatnya dari kecil, Fitri telah menikah dua tahun lalu dan mempunyai seorang anak perempuan yang saat ini sudah bisa berjalan. Sesampainya di pertigaan jalan menuju rumah Fitri, Aisyah melihat Fitri, suami dan anaknya sedang selesai makan bakso di pertigaan jalan itu. Aisyah turun dari angkot dan hendak menyebrang. Fitri yang menyadari Aisyah sahabatnya hendak menghampirinya langsung refleks berteriak, “Aisyaaaaaaaaahhhh.” Tak tersadar bahwa genggaman anak perempuannya terlepas, anaknya itu jalan menuju jalan besar, melihat kejadian itu Aisyah pun langsung menyelamatkan anak tersebut dari mobil kijang yang melaju cukup kencang. Aisyah berhasil menyelamatkannya akan tetapi sayang kepalanya terbentur spion mobil saat memeluk sang anak tadi. Jarak Aisyah ke mobil terlalu dekat sehingga kejadian itu pun tak dapat dihindari.
Aisyah langsung dilarikan ke Ruang IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang tak jauh dari tempat kejadian. Orang tuanya langsung menuju rumah sakit, disana hanya ada keluarga Fitri. Sementara Gilang dan keluarga sedang berada di Solo untuk menghadiri pemakaman neneknya. Gilang sudah diberi tahu akan kejadian ini lalu segera berangkat ke Jakarta untuk menemui Aisyah.
Beberapa jam kemudian Dokter keluar ruangan Bedah, kulit kepala Aisyah ada yang robek sehingga harus dijait. Orang tuanya langsung menghampiri sang dokter menanyakan keadaan putrinya.
“Gimana keadaan putri saya, Dok?” Tanya Umminya.
“Keadaannya sudah membaik, sekarang putri Bapak belum sadarkan diri. Bapak tunggu saja, jika ada apa-apa bisa panggil saya.” Jawab sang Dokter yang kemudian berlalu bersama suster.
Orang tuanya dan fitri langsung menjenguk Aisyah di kamar. Mereka begitu sedih melihat keadaan Aisyah yang tergolek lemah dengan perban di kepalanya. Beberapa menit kemudian Aisyah tersadar.
Aisyah perlahan-lahan membuka matanya. Tetapi semuanya gelap. Tak ada cahaya apapun yang dapat membantunya melihat orang-orang yang sekarang berada mengelilinginya.
“Ummiiiiii, kok gelap. Ummi dimana? Kenapa Aisyah tidak bisa melihat Ummi dan Abi.” Lirih Aisyah panik memegang tangan Umminya yang mendekatinya.
“Ummi disini sayang. Abi cepat tanyakan Dokter Aisyah kenapa?” Pinta Umminya panik.
Dokter segera datang memeriksa mata Aisyah.
“Bagaimana Dok, anak saya tidak apa-apa kan?” Tanya Abinya yang mencoba menenangkan diri.
“Dengan sangat menyesal saya harus memberitahukan bahwa sepertinya benturan keras yang mengenai kepala putri bapak telah berdampak pada saraf optikus, yaitu saraf penglihatannya. Putri bapak mengalami kebutaan.” Jawab sang Dokter.
“Dokter, dokter bohong kan. Anak saya masih bisa lihat kan dok.” Tanya Abinya yang kaget mendengar kenyataan yang Dokter katakan.
“Lebih baik Bapak sekarang ke ruangan saya.” Jawab Dokter.
Aisyah hanya bisa menangis. Dia tak percaya semua ini menimpanya. Apa yang harus ia lakukan sekarang, sungguh ia sangat terpukul hingga ia tidak mau makan. Sekarang rencana tinggallah rencana. Pernikahan yang sudah di depan mata sepertinya harus kandas. Mana ada pria yang mau dengan wanita buta sepertinya sekarang? Pikirnya dalam hati. Umminya pun sedih melihat keadaan anaknya tetapi sang Ummi mencoba menguatkan hatinya dan selalu menasehati Aisyah agar tetap beristighfar kepada Allah. Jangan sampai anaknya itu menjadi putus asa dengan keadaannya sekarang.
******
Keluarga Gilang datang dari Solo. Abinya Aisyah telah menunggunya di luar. Takut, takut kalau Gilang berubah pikiran dan berbicara di depan Aisyah. Itu hanya akan menambah derita dihatinya. Sebisa mungkin Abinya tidak mau melihat anaknya semakin menderita. Gilang dan orang tuanya kaget melihat keadaan Aisyah. Gilang langsung masuk ke dalam ruangan melihat keadaan calon istrinya tersebut. Didalam ada Aisyah, Ummi dan Farhan.
“Aisyah.” Lirih Gilang
Aisyah terkejut mendengar suaranya. Dia hanya bisa menunduk.
“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Gilang.
“Alhamdulillah Aisyah masih diberikan kehidupan sama Allah, Mas.” Jawab Aisyah, airmatanya sudah berlinang di pelupuk matanya. Dia sekuat tenaga menahan agar airmata itu tak jatuh. Dia tak mau terlihat lemah di depan Gilang.
“Alhamdulillah kalau begitu. Cepat sembuh ya, agar kita bisa melangsungkan pernikahan kita enam hari lagi.” Kata Gilang mantap.
Semua yang berada diruangan itu tercengang, Aisyah dan orang tuanya tercengang mendengarkan perkataan Gilang barusan. Sementara orang tua Gilang tidak kaget mendengarkan anaknya berbicara seperti itu. Teringat apa yang dikatakan Gilang saat hendak menuju ke rumah sakit.
“Abi, Ummi, apapun keadaan Aisyah nanti. Gilang akan tetap menikahinya. Tolong jangan halangi Gilang ya Abi, Ummi.” Kata Gilang mantap
“Semua keputusan Abi dan Ummi serahkan kepadamu Le.” Jawab Abinya bijak.
“Mas serius? Aisyah tidak bisa melihat, bagaimana Aisyah bisa memenuhi kebutuhan Mas. Mas bisa mendapatkan yang lebih baik.” Lirihnya menitikkan airmata.
“Mas sudah mendapatkan yang terbaik, untuk apa mencari lagi.” Jawabnya.
“Mas sudah mendapatkan yang terbaik, untuk apa mencari lagi.” Jawabnya.
Jawaban Gilang seolah menegarkan Aisyah. Gilang benar-benar pria yang baik, hatinya sungguh mulia. Dia bisa menerima kekurangan Aisyah yang terlihat jelas olehnya tetapi itu tak mengoyak keteguhan hatinya untuk meminang Aisyah.
“Farhan, kamu lagi melihat apa ?” Tanya Umminya tiba-tiba kepada sang anak yang sedang melihat-lihat sesuatu.
“Itu Ummi, kayaknya diluar ada seseorang yang melihat terus ke ruangan ini Ummi.” Jawab Farhan sambil menunjuk ke arah luar.
Setelah dicek oleh Abinya ternyata tak ada siapa-siapa di luar.
“Kamu salah liat kali Nak.” Kata Abinya.
“Nggak kok Abi. Tadi jelas banget, orangnya laki-laki Abi.” Jawab Farhan meyakinkan.
Tetapi kenyataannya tak ada siapa-siapa diluar, beberapa saat kemudian Dokter memanggil Kyai Ahmad keruangannya.
Setelah menemui Dokter, wajah Kyai Ahmad tampak gembira.
“Kenapa Bi? Dokter bilang apa?” Tanya Istrinya.
“Abi punya berita baik. Alhamdulillah ada seseorang yang bersedia mendonorkan retina matanya untuk Aisyah.” Kata Abinya Aisyah terharu setelah mendengarkan perkataan sang dokter.
“Apa ? Abi serius ?” Tanya Umminya.
“Serius Ummi. Allah memang sangat sayang kepada kita.” Jawab Abi
“Alhamdulillah.” jawab semua orang yang ada di ruangan itu serentak.
“Siapa yang bersedia mendonorkan retina matanya untuk Aisyah Abi?” Tanya Aisyah
“Dia merahasiakan identitasnya Ndo.” Jawab Abinya.
“Tapi bagaimana dia bisa melihat nanti Abi?” Tanya Aisyah, dia malah khawatir kepada sang pendonor.
“Kamu jangan khawatir, Semuanya akan baik-baik saja.” Jawab Abinya meyakinkan. Sepertinya ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh Abinya sementara Aisyah tak menyadari itu.
* Ya Allah siapakah orang yang berhati mulia itu? Siapapun dia, semoga pahala terlimpah curahkan kepadanya Ya Rabb. (Doa Aisyah dalam hatinya)
******
Aisyah sangat bahagia, tetapi tersirat dalam hatinya rasa penasaran yang kuat tentang identitas sang pendonor. Dia takut, bagaimana bisa ia bisa melihat dan bahagia sementara orang yang mendonorkan itu menderita tak bisa melihat.
Setelah dua hari, Suster mengatakan bahwa Aisyah sudah diizinkan pulang oleh Dokter. Semuanya sangat bersyukur karena Aisyah mempunyai waktu untuk mempersiapkan pernikahannya.
******
“Kak, farhan boleh masuk gak?” Tanya Farhan dibalik pintu.
“Masuk aja sayang.” Jawab Aisyah.
“Ada apa de?” Tanya Aisyah kepada Farhan
“Kakak ini ada titipan surat dari ka Kris.” Kata Tian sambil menyodorkan surat dengan amplop berwarna coklat muda.
Aisyah kaget melihat surat yang diberikan oleh adiknya itu. Perlahan ia meraih surat yang berada dalam genggaman tangan adiknya.
“Gimana surat ini bisa ada di kamu dek?” Tanya Aisyah penasaran
“Aku bertemu dengannya di rumah sakit tempat kakak di rawat.” Jawab adiknya.
Sekarang hati Aisyah benar-benar ingin segera membuka surat yang diberikan oleh Cristian Adi Nugroho.
“Ya udah makasih ya dek. Ini udah malam lebih baik kamu sekarang tidur ya.” Pesan Aisyah kepada adiknya.
“Iya kak.” Jawab Farhan menurut.
“Aku bertemu dengannya di rumah sakit tempat kakak di rawat.” Jawab adiknya.
Sekarang hati Aisyah benar-benar ingin segera membuka surat yang diberikan oleh Cristian Adi Nugroho.
“Ya udah makasih ya dek. Ini udah malam lebih baik kamu sekarang tidur ya.” Pesan Aisyah kepada adiknya.
“Iya kak.” Jawab Farhan menurut.
Aisyah memperhatikan surat itu dengan wajah yang layu. Ia bingung untuk membukanya atau tidak. Tetapi ia penasaran dan ingin mengetahui apa yang ingin Tian sampaikan kepadanya. Perlahan tapi pasti ia mulai membuka amplop itu dan mengambil sebuah kertas didalamnya. Hatinya berdetak sangat hebat, entah mengapa ia benar-benar takut untuk membaca surat yang ditujukan untuknya.
Aisyah Putri Hendrawan
Selembar kertas tak berharga ini, hadir bukan untuk menggoyahkanmu
Selembar kertas ini hanya untaian kata yang tak mampu terucapkan
Aisyah,,,
Aku selalu bertanya
Mengapa kita berbeda ?
Yang aku tahu hanya ada dua macam manusia di dunia
baik atau jahat
Lalu bagaimanakah dengan kita ?
Sejak kau memintaku untuk memanggilmu Aisyah
Mungkin sejak itulah ku mulai mencintaimu
Karena aku pun tak tahu pasti kapan rasa itu muncul
Yang ku tahu semakin hari rasa itu semakin menjalar ke seluruh tubuhku
Mungkin sejak itulah ku mulai mencintaimu
Karena aku pun tak tahu pasti kapan rasa itu muncul
Yang ku tahu semakin hari rasa itu semakin menjalar ke seluruh tubuhku
Kau selalu bertanya mengapa hanya kau yang boleh memanggilku Tian
Karena hanya itulah hal spesial yang bisa ku miliki darimu
Kau selalu bertanya mengapa ku tak pernah bersedih saat putus cinta
Karena tak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku
Karena hanya itulah hal spesial yang bisa ku miliki darimu
Kau selalu bertanya mengapa ku tak pernah bersedih saat putus cinta
Karena tak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku
Seandainya ku punya kekuatan dan keberanian untuk menghapus perbedaan itu
Maka akan kulakukan
Namun semua tidak mungkin
Kita tetap berbeda
Maka akan kulakukan
Namun semua tidak mungkin
Kita tetap berbeda
Cinta bukanlah hal sekedar aku mencintaimu
Tapi cintakah kamu kepadaku?
Cinta bukanlah hal sekedar kita saling mencintai
Tapi mengertikah mereka akan cinta ini ?
Tapi cintakah kamu kepadaku?
Cinta bukanlah hal sekedar kita saling mencintai
Tapi mengertikah mereka akan cinta ini ?
Setiap hari aku merasa menjadi pecundang
Aku hidup, aku punya cinta
tapi tak ada sedikitpun nyaliku untuk membuktikannya
Aku hanya diam tak bergerak sedikitpun
Tak ada yang bisa kulakukan Aisyah
Untuk bicara aku mencintaimu pun aku tak mampu
Aku hidup, aku punya cinta
tapi tak ada sedikitpun nyaliku untuk membuktikannya
Aku hanya diam tak bergerak sedikitpun
Tak ada yang bisa kulakukan Aisyah
Untuk bicara aku mencintaimu pun aku tak mampu
Aisyah,,,
Waktuku tlah habis
Aku mungkin akan hilang tapi tidak dengan cintaku
Terlalu sakit bila ku tetap hidup
Semakin hari, tubuhku tak kuat untuk menahan sakitnya
Aku ingin kau mendengarkan aku
Sekali saja dalam hidupku
Tetapi itu tetap tak terjadi
Waktuku tlah habis
Aku mungkin akan hilang tapi tidak dengan cintaku
Terlalu sakit bila ku tetap hidup
Semakin hari, tubuhku tak kuat untuk menahan sakitnya
Aku ingin kau mendengarkan aku
Sekali saja dalam hidupku
Tetapi itu tetap tak terjadi
Saat kau membaca surat ini
Mungkin aku sudah tidak ada lagi dihidupmu bahkan di dunia ini
Aku pergi Aisyah
Tiada yang perlu aku khawatirkan
Gilang, pria yang terbaik yang pantas mendampingimu
Jangan ragukan dirimu untuk berusaha mencintainya
Sungguh tak ada penyesalan yang akan kau terima bila bersamanya
Pria yang baik untuk wanita yang baik pula begitupun sebaliknya
Lihatlah, Tuhan menjawab semuanya.
Mungkin aku sudah tidak ada lagi dihidupmu bahkan di dunia ini
Aku pergi Aisyah
Tiada yang perlu aku khawatirkan
Gilang, pria yang terbaik yang pantas mendampingimu
Jangan ragukan dirimu untuk berusaha mencintainya
Sungguh tak ada penyesalan yang akan kau terima bila bersamanya
Pria yang baik untuk wanita yang baik pula begitupun sebaliknya
Lihatlah, Tuhan menjawab semuanya.
Aku bahagia, sangat bahagia
Setidaknya aku bisa menjadi bagian dari dirimu yang hilang
Aku memang telah tiada tapi aku dan cintaku tetap hidup dalam dirimu
Sekarang aku mengerti
Selalu ada celah untuk cinta itu tetap hidup sekecil apapun celah itu
Ia akan tetap hidup.
Setidaknya aku bisa menjadi bagian dari dirimu yang hilang
Aku memang telah tiada tapi aku dan cintaku tetap hidup dalam dirimu
Sekarang aku mengerti
Selalu ada celah untuk cinta itu tetap hidup sekecil apapun celah itu
Ia akan tetap hidup.
Cristian Adi Nugroho
Dalam dan menyesakkan. Aisyah tak dapat menahan airmatanya untuk keluar. Seorang yang dia cintai selama ini ternyata juga mencintainya. Perbedaan keyakinan antara mereka memang tak dapat diselesaikan. Aisyah masih memegang kertas itu dalam dekapannya yang hangat. Sedikit penyesalan mungkin hinggap dalam hatinya. Penyesalan karena Tian tak pernah tahu bahwa ia juga mencintainya. Tetapi ia sadar, ia akan lebih sangat menyesal bila menyia-nyiakan pria sebaik Gilang. Inilah misteri Allah. Tiada yang tahu tentang hidup kita, hari ini besok dan seterusnya, hanya Allah-lah Yang Maha Tahu. Aisyah masih mendekap surat itu, airmatanya masih berlinang membasahi pipinya yang lembut. Aisyah hanya meminta waktu untuk mengenangnya sejenak.
Aisyah berjalan menyusuri gemerlapnya lampu ibukota yang masih ramai kendaraan. Aisyah menuju Rumah sakit untuk mencari kebenaran apa yang sebenarnya telah terjadi, yang ada dalam benaknya saat ini adalah Tian.
Setelah di rumah sakit, terjadilah percakapan dengan Dokter yang merawatnya selama berada di rumah sakit. Entah apa yang sedang dibicarakannya dengan sang Dokter. Percakapan itu cukup lama hingga pintu ruangan kemudian terbuka, Aisyah terlihat sekali habis menangis dengan wajahnya yang sayu.
"Terima Kasih Dokter telah membantu saya." Ucap Aisyah
Itulah kata-kata yang terdengar setelah percakapan panjang yang terjadi berakhir.
******
Pagi Harinya
Suasana rumah Aisyah sudah ramai akan kedatangan saudara-saudaranya untuk menghadiri pernikahan dan membantu acara resepsi pernikahan Aisyah dan Gilang. Terlihat pagi ini Aisyah sudah rapi dengan baju dan kerudung biru tuanya. Ia meminta izin kepada Umminya untuk pergi keluar.
"Ummi, Aisyah mau keluar dulu ya." Kata Aisyah meminta izin
"Mau kemana Ndo ?" Tanya sang Ummi
"Ada keperluan yang harus Aisyah selesaikan Ummi." Jawab Aisyah
"Apa ada masalah Ndo?" Tanya Umminya khawatir
"Tidak ada apa-apa Ummi." Jawab Aisyah meyakinkan
"Tapi memangnya kamu sudah baikan?" Tanya Umminya sekali lagi untuk meyakinkan
"Sudah kok Ummi. Aisyah pergi dulu ya." Jawab Aisyah
"Iya hati-hati Ndo." Pesan Umminya
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Aisyah tiba di sebuah pemakaman umum. Dia melewati kuburan-kuburan, dia berjalan cukup jauh dari tempatnya masuk ke pemakaman. Lalu Aisyah berhenti di sebuah kuburan tepat berada di kompleks pemakaman umat Nasrani, dikuburan itu tertulis Cristian Adi Nugroho. Ternyata Aisyah pergi ke makam Tian. Aisyah ke sana untuk mengucapkan kata-kata terakhir untuknya, mengucapkan kata-kata yang tersimpan lama dihatinya.
Kenyataan yang harus ia hadapi bahwa Tian-lah yang telah mendonorkan matanya untuk Aisyah. Ia meninggal beberapa saat setelah operasi dilangsungkan. Tian menderita penyakit gagal ginjal. Setiap hari ia harus cuci darah. Dokter menyarankan agar melakukan pendonoran ginjal akan tetapi tak satu pun keluarganya yang memiliki ginjal yang hampir menyamainya.
“Tian, terima kasih untuk mata yang kau berikan untukku gunakan. Entah kau mendengarnya atau tidak. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untukku bisa melihat kembali. Akan kujaga mata dan diri ini sekuat tenagaku. Terima kasih untuk ketulusan hatimu.” Lirih Aisyah. Airmatanya mengisi seluruh ruang di pelupuk matanya.
“Terima kasih untuk cinta yang kau berikan untukku. Cinta yang terhalang oleh perbedaan yang tiada berujung. Yang ku tahu, cintamu tidak biasa. Cintamu tak menimbulkan keegoisan tetapi keikhlasan yang tidak setiap orang memilikinya.” Lanjut Aisyah
“Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku pun memiliki rasa yang sama. Aku mencintaimu sejak dulu. Tapi tak ada kekuatan untukku bisa melawan. Aku hanyalah wanita biasa.”
“Cinta, aku tak mengerti tentangnya. Aku menyadari kehadirannya saat mengenalmu tetapi biarlah aku hanya mengenangmu sebagai hadiah yang indah dalam perjalanan hidupku ini. Aku akan menikah Tian. Aku memang tak mengenal dia sedekat ku mengenalmu, namun aku telah berjanji pada hatiku untuk mencintainya. Terima kasih untuk segalanya, Cristian Adi Nugroho.” Lirih Aisyah
Aisyah pergi meninggalkan pusara Tian yang masih basah. Tian mungkin telah tiada tetapi cintanya tetap hidup dalam diri Aisyah.
Gilang tak mengetahui apapun tentang kisah ini. Aisyah menyimpannya dalam lubuk hatinya yang terdalam yang tiada satu pun orang yang dapat membuka pintu rahasia itu termasuk Gilang. Biarlah itu hanya menjadi untaian kisah yang membuatnya menjadi semakin bersyukur.
Inilah perjalanan hidup. Aisyah telah memantapkan hatinya untuk terus melangsungkan pernikahan yang abadi bersama Gilang. Seseorang yang telah berhasil memasukkan kunci ke dalam pintu hatinya, yang hanya beberapa putaran kunci saja, pintu itu akan terbuka. Dan seseorang yang telah Allah tuliskan namanya untuk menjadi jodohnya dalam hidup.
Inilah perjalanan hidup. Aisyah telah memantapkan hatinya untuk terus melangsungkan pernikahan yang abadi bersama Gilang. Seseorang yang telah berhasil memasukkan kunci ke dalam pintu hatinya, yang hanya beberapa putaran kunci saja, pintu itu akan terbuka. Dan seseorang yang telah Allah tuliskan namanya untuk menjadi jodohnya dalam hidup.
Selesai
Sedikit kalimat dariku yaaa ^^
Tuhan memang satu
Tetapi iman kita berbeda.
Perbedaan lain mungkin bisa dipahami : usia, suku, status sosial, karakter pribadi, bahkan harta
Tetapi ketahuilah perbedaan seperti itu tak dapat dimaklumkan
Punyakah kamu keberanian untuk melawan-Nya?
“Dan tak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia (Allah)” Al Ikhlas:4
Ketahuilah apa yang kau sesalkan hari ini belum tentu selamanya terlihat buruk untukmu
Jalan Allah adalah yang terbaik. Tidak ada satu pun hal terjadi di hidup tanpa alasan.
Biarlah itu akan menjadikan kamu manusia yang lebih berakal dan memiliki kesabaran yang tak terbatas.
Tentang cinta
Percaya atau tidak, kemanapun arahmu melangkah
Cinta yang memang tercipta dan tertulis untukmu kelak akan datang tanpa diminta
Akan terus bersemi meski sekuat apapun kau menolaknya
Cinta,
Cinta yang memang tercipta dan tertulis untukmu kelak akan datang tanpa diminta
Akan terus bersemi meski sekuat apapun kau menolaknya
Cinta,
Langganan:
Postingan (Atom)